Selasa, 17 Januari 2017

GURU JUGA MANUSIA

Mistifikasi profesi guru oleh masyarakat di satu sisi mengangkat guru pada sebuaah kemartabatan yang sangat mulia. masyarakat memberi mahkota pada guru dengan gelaran yang sangat mulia. masyarakat memberi mahkota pada guru dengan gelaran yang sangat dihormati. Guru sering dipuji sebagai patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa (syair dalam himne Guru yang ditulis oleh Pak Sartono pada 1975). sebagai pembuka sumber kebijkasanaan anak-anak bangsa (Toer, 2003), sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai sosok yang menjadi sumber utama keteladanan, baik dalam tingkah laku dan perkataan,  mereka diangkat menjadi guru masyarakat dan guru bangsa. namun di lain sisi, mistifikasi guru oleh masyarakat dan negara mengingkari sisi manusiawi guru ketika penghormatan itu tidak diletakkan sesuai realitas yang dihidupi oleh guru . ketika guru gagal menjadi pahlawan, cercaan dan makian telah siap menghadangnya. ketika guru tidak mampu lagi mengejar berbagai macam ketinggalan teknologi dan ilmu pengetahuan, ia siap ditinggalkan oleh para siswanya. Ketika guru menjadi tua dan sakit-sakitan, ia lantas dengan mudah dicampakkan, padahal guru bisa salah, rapuh, stress, khwatir akan masa depan , sakit-sakitan, menjadi tua, uring-uringan, dll. ya, guru juga manusia!

Paling tidak Gordon telah mengidentifikasi 8 mitos definisi guru yang baik melalui bukunya yang berjudul: Teacher Effectiveness Training. Inilah kutipan ciri guru yang baik menurut Thomas Gordon:

1. Tenang dan tidak menunjukkan emosi yang menyala,
2. Tidak mempunyai prasangka yang buruk kepada peserta didiknya,
3. Dapat menyembunyikan perasaannya dari peserta didik,
4. Memandang semua peserta didik sama,
5. Mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bebas, motivator, dan semangat,
6. Konsisten, tidak berubah-ubah pendirian dan jarang melakukan kesalahan,
7.Pandai, bijaksana dalam memperlakukan siswa dan mampu menjawab pertanyaan siswa,
8. Sanggup memberikan bantuan secara maksimal kepada peserta didik.

Jika diperhatikan poin demi poin ke delapan ciri tersebut, ternyata  guru yang baik harus lebih dalam segala hal dari orang-orang pada umumnya. Harus lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari orang-orang lain. Guru harus mampu mengatasi kelemahan manusia lain!
            
 Saya coba berdiskusi dengan siswa-siswa saya tentang guru-guru seperti apa yang mereka senangi dan guru-guru seperti apa yang mereka benci. Hasil dari diskusi saya dengan beberapa siswa tersebut, siswa pada umumnya menyatakan sikap atau perilaku yang harus dihindari oleh guru jika ingin disenangi murid-muridnya, jika dilakukan murid malah akan membencinya:

1. Tidak Menguasai Materi
Ingat materi pembelajaran yang sang guru ajarkan di kelas merupakan inti pokok pembelajaran. Jika materi kita tidak kuasai, apa yang harus kita ajarkan ke siswa, kita sebagai sang guru juga tidak mengerti. makanya banyaklah belajar dan membaca sebelum mengajar. Siapkan materi dengan sempurna.
2. Jarang Masuk
Guru yang sibuk dengan banyak kegiatan di luar sekolah, sebaiknya tidak usah mempertahankan statusnya di sekolah. Karena, hal itu akan mengorbankan kepentingan siswa yang mempunyai hak atas pelajaran yang diampunya. Apabila kalau dia mengajar materi penting. Dengan demikian, guru yang jarang masuk akan dibenci siswa. Siswa merasa gurunya tidak sungguh-sungguh, tidak memperhatikan kepentingan siswa, dan bertindak hanya demi kepentingannya sendiri.

3. Berpakaian Kurang Rapi
Bagi murid-murid sekarang ini, baik di kota maupun di desa, bahkan sampai ke pelosok penjuru nusantara, kerapian pakaian sudah menjadi kebutuhan utama dalam proses belajar mengajar. Murid sangat senang melihat gurunya berpakaian rapi dan sopan. Murid kurang respect terhadap guru yang berpakaian tidak rapi. Ketika murid senang dengan performance lahir guru, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan murid terhadap materi pelajaran yang disampaikan.

4. Pilih Kasih (Tidak Adil)
Seorang guru tidak boleh pilih kasih dalam masalah apa pun. Sikap pilih kasih akan membuat kebijakan guru tidak dihormati murid-muridnya. Mereka akan bertindak lebih jauh, seperti tidak mengindahkan perintah guru. Oleh sebab itu, sikap pilih jangan sampai ditunjukkan guru kepada murid-muridnya. Pandang semua murid sebagai anak yang harus dicintai dan diperlakukan sama demi mempersiapkan masa depan mereka dengan baik. Pilih kasih adalah tindakan yang tidak adil dan mencerminkan sikap arogan dari guru yang bersangkutan. Inilah yang harus dihindari guru.

5. Berkata Kasar
Perkataan guru kepada murid harus halus, memikat, dan penuh perhatian. Setiap bimbingan, motivasi, dan nasihat harus disampaikan dengan perkataan yang penuh lemah lembut. Tidak keluar dengan mulut kasar yang membuat kebencian dan permusuhan pada murid-muridnya. Kalau bimbingan, nasihat, dan masukan guru kepada muridnya keluar dengan mulut yang kasar, maka tidak akan ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. Murid akan mencemooh dan mengolok-olok guru yang sering berkata kasar.

Oleh sebab itu, jangan sekali-kali guru berkata kasar kepada muridnya, walau murid bersikap menjengkelkan. Sebagai orang tua, guru harus bersikap dewasa dan sabar terhadap murid-muridnya. Itulah keteladanan guru dalam sikap yang sesuai dengan anjuran agama dan nilai-nilai luhur pancasila.

6. Suka Memberi PR Tanpa Mengoreksi
PR (pekerjaan rumah) bisa membuat murid rajin belajar di rumah. Mereka akan mengatur waktunya untuk mengerjakan PR yang diberikan guru. Namun, ketika kesungguhan mereka ternyata disia-siakan guru, maka semangat mereka menjadi kendor. Guru tidak pernah mengoreksi PR yang dikerjakan siswa, atau mengoreksinya tapi asal-asalan.

Siswa merasa, guru mereka tidak menghormati dan mengapresiasi keseriusan mereka dalam mengerjakan PR. Tidak hanya itu, selain tidak mengoreksi atau mengoreksi secara asal-asalan, ternyata nilai PR tidak berpengaruh kepada nilai rapor murid karena manajemen guru yang lemah dan acak-acakan. Akibatnya, mungkin murid akan membalas sikap guru yang tidak apresiatif itu. Mereka akan mengerjakan PR secara asal-asalan, tidak serius, menyontek temannya, atau tida mengerjakan sama sekali.

7. Suka Menyuruh
Hubungan murid dan guru adalah hubungan fungsional akademik. Urusan mereka berkisar pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, skill, attitude, dan profesionalisme. Di luar urusan itu, guru berfungsi sebagai pengasuh dan pendidik yang memberikan keteladanan baik bagi murid-muridnya. Karena itu, sikap guru yang suka memerintah di kelas sangat tidak patut. Murid-muridnya akan menganggap gurunya sebagai penguasa otoriter yang bertindak egois. Menyuruh murid mem-photocopy dan membantu mengoreksi, mungkin tidak masalah asalkan dilakukan kepentingan murid sendiri. Namun, jika demi kepentingan pribadi, maka ini sungguh di luar kewajaran.

8. Menghukum Semena-mena
Menghukum murid harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan didasari kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual. Kalau hukuman didasari sifat kasih sayang, maka guru akan menghindari cara-cara yang di luar batas kewajaran, bahkan ia akan menghukum murid dengan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya. Misalnya, disuruh shalat Dhuha enam rakaat, membaca al-Qur’an satu juz, menulis shalawat Nabi sebanyak tiga lembar, dan lain-lain yang bersifat mendidik dan tidak menyakitkan perasaan dan menjatuhkan harga diri murid. Walaupun terhukum, namun ia tetap merasa eksistensi dan harga dirinya tidak dilecehkan. Dengan demikian, murid akan tetap menghormati guru dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Kalau guru menghukum siswanya dengan tindakan semena-mena, misalnya menyuruh murid berdiri di halaman sekolah selama 2 jam, bertindak keras, seperti menampar, menempeleng, dan sejenisnya, maka hal ini bisa menimbulkan kemarahan murid kepada guru. Murid akan bertindak dengan caranya sendiri, bahkan mengancam guru di luar sekolah dengan tindakan yang tidak pantas. Oleh sebab itu, jangan sampai memulai dengan tindakan ceroboh yang membahayakan fisik anak didik.

9. Susah Dimintai Tolong
Senang menolong murid-murid harus menjadi salah satu karakter seorang guru. dalam konteks ini, menolong bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, seperti memberikan jalan keluar dari masalah yang dihadapi murid, membantu kesulitan murid dalam pelajaran, dan mengurangi kesedihan yang dialaminya, mengunjungi murid yang sedang sakit, mendoakan dan mendorong kesuksesan murid.

Kalau guru susah dimintai tolong, merasa tidak punya waktu, dan menyuruh muridnya untuk menyelesaikan masalah sendiri tanpa menyusahkan pihak lain, maka sikap guru semacam ini bisa menyakiti perasaan murid. Barangkali, mereka juga akan membalas dengan apatis terhadap instruksi dan bimbingan gurunya. Inilah yang harus dihindari guru.
10. Cuek di Dalam dan Luar Kelas
Guru yang senang menyapa murid-muridnya akan dicintai murid. Tersenyum dan menanyakan kabar ketika bertemu muridnya adalah sikap yang sangat baik untuk merekatkan hubungan guru dan murid. Ada hubungan emosional yang positif antara guru dan murid. Hubungan mereka tidak hanya belajar mengajar dalam arti formal, tapi juga hubungan psikologis yang sangat akrab dan penuh kemanfaatan.

Jika guru cuek dengan muridnya, baik di dalam maupun di luar kelas, maka murid akan segan mengunjungi gurunya di rumah pada waktu acara lebaran Idul Fitri, malas mengunjungi guru pada waktu sakit, dan keadaan penting lainnya. Mereka merasa guru tidak memberikan prhatian psikologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar